Rabu, 27 Februari 2013

Dia yang sudah lupa rasanya

0 komentar

Diantara yang patah hati dan jatuh cinta, ada yang bahkan lupa rasa keduanya. Dia lebih ingat bagaimana bahagianya disuapi oleh ibunya saat kecil. Dia lebih ingat bagaimana sedihnya saat tahu ayahnya telah pergi untuk selama-lamanya. Jadi untuk sekarang, definisinya tentang jatuh cinta adalah ibunya, dan patah hati adalah ayahnya.

Begitu tinggi dia menata imajinasinya tentang bagaimana hidup itu seharusnya. Sampai-sampai dia lupa, bahwa dia hanya butuh jatuh cinta dan tidak takut patah hati. Jatuh cinta selain dengan ibunya, patah hati selain dengan ayahnya. Jatuh cinta dengan lapang dada, ketika yang dia jatuhi ternyata tidak siap menerima. Patah hati dengan besar hati, ketika yang mematahkan hatinya bahkan langsung pergi berlari tanpa menoleh ke tempatnya berdiri.

Saat malam hari, yang dia lakukan hanya menumpahkan segala kata-kata yang bergelantungan di kepalanya selama seharian. Saat teman-teman seusianya sudah lupa rasanya sendirian, tanpa ciuman dan pelukan. Dia tidak bisa tidur, dan seringkali tidak ingin tidur. Karena di mimpi tidak ada yang ingin dia temui. Kalau sudah ditempat tidur, dia tidak ingin bangun, karena di dunia nyata tidak ada yang ingin dia ajak bercerita sampai waktu tidur kembali lagi.

Dia adalah orang paling bodoh dan pemalas yang pernah aku temui. Ingin rasanya kuteriaki dan kumaki, agar dia mau berlari. Tapi dia selalu bilang bahwa dia telah lelah berlari. Dia hanya ingin berjalan, sewajarnya, agar tidak melewatkan apa saja yang dia temui di jalan.
Yang dia butuhkan sekarang hanyalah tidur dengan perasaan bahagia, dan bangun dengan perasaan yang lebih bahagia. Tapi dia tidak tahu bagaimana caranya.

“aku beritahu satu hal” kataku kepada dia yang hanya terpaku seperti seonggok mayat hidup

“yang harus kamu lakukan ketika esok kamu bangun pagi adalah, jatuh cinta. Katakan apa yang ingin kamu katakana, lakukan apa yang ingin kamu lakukan, dan berjalanlah lebih cepat untuk menjemput dia yang ingin sekali kamu temui. Agar kamu tidak kalah cepat oleh orang lain lagi. Jangan takut patah hati. Patah hati itu urusan nanti.”

Dia, yang kini berdiri dihadapanku hanya bisa meneteskan air mata kelelahan dan minta pertolongan.

Aku sedang bercermin.  

Selasa, 19 Februari 2013

tanggal berapa?

0 komentar
aku lupa sekarang tanggal berapa
aku tidak begitu peduli juga
mereka hanya angka
yang tidak punya andil apa-apa

aku tidak ingat tanggal berapa kita mulai bersama
aku tidak ingat tanggal berapa kita mulai tidak berbicara
aku tidak ingat tanggal berapa kita memutuskan menyudahi saja
tapi
aku ingat setiap detil kejadian saat kamu menyatakan cinta
aku ingat setiap pertengkaran kecil yang membuat kita tidak bertegur sapa
aku ingat setiap hampa yang mengudara saat kita sadar kita tidak bisa bersama

mereka hanya angka
mereka tidak bisa menahanmu untuk tidak pergi dengan serta merta
mereka tidak bisa mengembalikan apa yang pernah sangat aku impikan keberadaannya

aku benci mengingat-ingat tanggal berapa terjadi apa
sejak aku sadar bahwa,
aku pernah menandai apa saja pada kalender yang tergantung disana
dan setelah setahun berlalu dengan sangat lama
yang kulihat hanya bulatan tanda hitam disetiap sudutnya
menandakan banyaknya tanggal yang kulalui dengan tidak bahagia

lalu buat apa aku mengingat mereka?
kalau yang mereka selalu lakukan hanya mengingatkan pada sakit yang harusnya aku sudah lupa rasanya?

suatu hari kesayangan

0 komentar
hujan. sore. ruang tamu. dan ini
keempat hal itu membiarkan tubuhku dan tubuhmu berdekatan tanpa sekat barang satu centi
membebaskan rindu yang lelah merambat selama berhari-hari
pelukan demi pelukan mengalir tanpa henti
ciuman yang dimulai dari dahi, kemudian pipi, hingga entah kemana lagi

kamu, hari itu, adalah sosok yang paling aku inginkan untuk kembali
bukan hari ini
tapi nanti
saat kamu sudah siap menjadi tidak berarti sama sekali
di hadapan langit dan bumi, bulan dan matahari, malam dan pagi

kecuali di hadapanku, yang siap jatuh cinta dan patah hati berulang kali



Minggu, 17 Februari 2013

this sunday, i choose to remain silent.

0 komentar

Hari minggu sesederhana ini bisa didapatkan siapa saja. Mungkin bagiku cukup dengan memutar lagu-lagu Boyz II Men atau The Cranberries. Mungkin bagimu perlu ditambahkan sedikit The Milo atau Sigur Ros. Secangkir teh hangat dan tidak terlalu manis boleh juga dihidangkan. Kalau kamu, mungkin akan lebih memilih kopi hitam dengan sedikit gula. Sesekali ke dapur untuk mengambil makanan agar perut tidak kelaparan, karena hari minggu adalah petualangan. Petualangan pikiran. 

Segala hal mulai dari yang penting hingga konyol selama satu minggu biasanya aku simpan rapi dalam buku catatan kecil. Agar aku tidak lupa, kemana saja otakku berlari selama seminggu ini. Dan minggu adalah saat untuk melepaskan semua itu. Pikiran-pikiran itu akan aku jadikan apa saja. Lebih sering berbentuk prosa, kadang-kadang sajak berima, dan jarang sekali berwujud cerita.

Aku kurang pandai bercerita. Aku lebih senang menyatakan perasaan dengan ungkapan kiasan. Seperti aku lebih memilih mengatakan “makan bakso enak kali ya?” daripada “aku lapar”. Dampaknya, hanya aka nada beberapa orang yang mengerti bahwa aku lapar dibalik pernyataan “makan bakso enak kali ya”. Hal seperti itu selalu terjadi. Bukannya aku menikmati, hanya saja aku tidak tahu caranya berhenti.

Dan lihat saja, betapa aku adalah orang yang sangat tidak pandai bercerita. Sudah tiga paragraf aku tulis, tapi belum ada yang bisa kamu terjemahkan apa maksudnya. Padahal aku hanya ingin mengatakan, bahwa terkadang beberapa orang lebih memilih diam menjadi satu-satunya bahasa yang mereka punya. Bukan karena tidak ada yang ingin dikatakan, bukan karena tidak tahu apa yang ingin dibicarakan.

Jadi ketika aku berkata “aku lagi dengerin lagu kesukaan kita lho”, sebenarnya aku ingin mengatakan “aku kangen sama kamu”. lalu ketika aku mengirim pesan “kamu mau ketemuan sama siapa sih?” itu artinya “aku nggak suka kamu ketemuan sama dia”. Ya seperti itulah misalnya. Rumit ya? Memang. Maka dari itu aku tidak menuntut kamu untuk selalu mengerti “bahasa”ku. Tapi aku harap kamu belajar. Untuk mendengar lebih dari sekali.

Dan terakhir.
Ketika aku sekarang lebih banyak diam, bukan berarti aku tidak peduli lagi. Percayalah, kepedulianku terhadap kamu sekarang sedang mencapai titik tertingginya. Aku lebih memilih untuk tidak mengutarakannya, karena aku tidak mau membebanimu dengan segala perhatianku.

Sangat klise. Sama seperti hujan yang tiba-tiba turun dengan derasnya ketika aku menulis ini semua.

“in the name of love, some people choose to remain silent” –Niken Prathivi, for the Jakarta Post Sunday 02/17/2013

Rabu, 13 Februari 2013

kelak, aku akan menamainya brielle

0 komentar
tiga tahun yang lalu lebih tepatnya
aku mendengarkan lagu ini di dalam kereta
yang membawaku ke utara jakarta
aku putar berulang ulang hingga aku hafal seluruh liriknya
aku putar berulang ulang hingga ke kepulauan seribu sambil menikmati senja
aku putar berulang ulang hingga aku tiba kembali di jogjakarta

dan aku nyatakan dengan sah, bahwa aku jatuh cinta
pada sebuah nama
yang bahkan aku tidak tahu apa artinya

lalu seperti wanita pada umumnya
aku ingin mengabadikannya
aku ingin menjadikannya nama anak kita?
kita? aku dan siapa?
hahaha. gila.

brielle...
brielle...

kalau kamu, suka juga, beri aku tanda ya!
nama tengahnya terserah kamu saja.
nama belakangnya? aku suka kok enam huruf berakhiran "A"
:))