Rabu, 16 Januari 2013

menyelesaikan rindu

0 komentar
aku hanya butuh laptop, koneksi internet, secangkir teh panas, dan lampu yang tidak terlalu terang
kemudian rinduku yang beraninya datang rombongan itu aku tantang
“mau apa kamu sekarang?”
biasanya tidak berselang lama mereka hilang
berganti dengan senyum mengembang
dan angan-angan yang menerawang
kalau saja kamu disini sekarang, sudah aku peluk kencang-kencang

Kamu sekarang dimana, sayang?

Senin, 07 Januari 2013

prolog dan epilog

1 komentar
kepada jalanan basah yang masih menyiratkan aroma petrichor, aku menitipkan pertanyaan.
pertanyaan-pertanyaan yang sepertinya sudah tidak bisa aku ajukan sendirian
seperti apa kabar kamu sekarang? sudahkah kamu makan?
apa kamu masih kelelahan, mengikuti alur hidup yang semakin tidak karuan?
sesederhana itu pertanyaanku, sesulit ini aku mengatakan
hingga harus aku menitipkannya pada jalanan, yang aku pun tidak tahu apakah ia berkenan menyampaikan.

kepada hamparan sawah yang hijau di belakang rumahmu, aku menitipkan rindu.
sudah berapa lama kita tidak bertemu? sampai aku lupa bagaimana suara tawa ringanmu.
sisa-sisa pertemuan terakhir kita waktu itu, masih aku simpan rapi dalam tas berwarna biru.
malam ini aku buka sedikit untuk mengingat kembali perdebatan kita tentang lampu apa yang paling cocok untuk menghiasi bangunan-bangunan tua itu.
lalu aku tutup kembali, karena aku takut menjadi candu. candu akan keajaiban cara berpikirmu.

kepada terang lampu kota yang pernah kita lewati pada suatu malam, aku menitipkan salam.
aku ingin bertemu denganmu, demi Tuhan semesta alam.
apapun yang nanti akan kita lakukan, sekalipun kamu hanya akan memilih untuk diam.
aku hanya ingin duduk di dekatmu, dan mencoba menghapus wajahmu yang muram.
dan kemudian aku memelukmu, untuk mendengarkan alunan nafas yang kamu tarik dalam-dalam.

kepada melodi tanpa suara yang kamu ciptakan, aku menitipkan angan-angan.
dalam melodi satu menit itu aku menyimpan banyak harapan.
harapan agar kamu mau menyelesaikan lagu itu, melodi keindahan.
harapan untuk dapat selalu menjadi yang pertama kamu cari saat kamu bahagia, kelelahan, hingga kesepian.
harapan untuk menjadi harapan kamu saat apa yang kamu harapkan tidak kunjung menjadi kenyataan.

aku akan dengan senang hati, membuatkanmu secangkir kopi
memutarkan lagu yang kamu sukai
memelukmu sampai pagi
mengisyaratkan bahwa kamu tidak sendiri

kecuali dengan tegas kamu menyuruhku pergi
aku akan dengan berat hati, pergi.


see you when i see you, youtopia.

1 komentar
sekali saja kamu masuk ke dalam salah satu lagu kesukaanku
jangan harap kamu bisa keluar dari situ

kamu membuat aku jatuh cinta lagi, dengan suara lelaki ini, dengan lagu ini.
ketika kamu menemukannya di siang hari
disaat matahari waktu itu sungguh ramai dicaci
kamu tidak peduli
yang kamu lakukan malah memejamkan mata dan menganggukan kepala tanpa henti
menikmati perpaduan suara dan melodi  yang sangat indah, aku akui.

sejak siang itu, aku tidak pernah berhenti memutarnya di kepala
tidak peduli pagi, siang, atau senja
tidak peduli kamu ada atau tidak ada
tidak peduli aku sedang sedih atau bahagia

aku menikmatinya, selayaknya aku menikmati keterbatasan kita
aku menyukainya, selayaknya aku menyukai tatapan matamu yang tidak bisa kuartikan maknanya
aku mencintainya, selayaknya aku mencintai pertengkaran bodoh yang selalu ada diantara kita
aku menyimpannya, selayaknya aku menyimpan kenyamananku terhadap semua yang kamu punya

baik, ini semua berlebihan, aku sadar.
tapi itulah yang bisa aku lakukan dengan benar.
melebih-lebihkan kamu, yang datar.
melebih-lebihkan aku, yang hambar.
dan melebih-lebihkan kita, yang secara perlahan akan pudar.

dua hal yang dari dulu tidak pernah mampu aku ucapkan kepada kamu
"aku juga merindukanmu, ketika lagu ini bergema di telingaku"

"aku tidak segan menghabiskan sisa hidupku, untuk tertawa terbahak-bahak hingga bertengkar hebat hanya karena sebuah lagu. asalkan itu bersamamu"


Selasa, 01 Januari 2013

yang aku sesali

0 komentar
cuma kamu, orang dari masa laluku
yang aku sesali karena pernah ada disitu

ini kesalahanku
mengiyakan ajakanmu untuk menjadi apapun itu
menyediakan malam yang seharusnya bisa aku pakai tidur, tapi aku malah sibuk mengumbar rindu
meluangkan waktu untuk mendengar segala keluh kesah dan ocehanmu
menyiapkan pelukan paling hangat saat tahu kamu akan pergi menjemput mimpi-mimpimu

ya, aku menyesalimu. sangat menyesali kamu.
yang sama sekali tidak pantas untuk menghuni masa laluku.

dan tidak akan aku berucap terimakasih kepadamu.
karena, kamu tahu?
kamu tidak memberikan apa-apa selama ada di hidupku