Kamis, 31 Mei 2012

Tuhan bukan dosen, kamu bukan skripsi

1 komentar

Jangan pernah tanyakan apakah saya pernah benar-benar mencintaimu. Itu sama saja dengan memaksa saya untuk mengulang halaman pertama dari ratusan lembar buku yang sudah habis saya baca. Kalau kamu memang harus bertanya, tanyakanlah mengapa saya sekarang masih bisa tertawa seperti seolah tidak pernah ada apa-apa.  Tanyakanlah kapan terakhir saya mengingatmu sebagai orang yang paling saya rindukan rindunya. Tanyakanlah sesulit apa melupakan orang yang setiap hari harus terdengar namanya di segala perbincangan. Tanyakan apa saja, tapi jangan pernah tanyakan apakah saya pernah benar-benar mencintaimu.

Kalau kamu itu buku, saya mungkin sudah hafal diluar kepala, di halaman berapa kamu menangis, kamu tertawa, kamu terluka, kamu ceria. Paragraf demi paragraf hidupmu sudah saya pelajari dengan amat sangat teliti. Rima yang muncul dari hentakan langkahmu saya ikuti perlahan sambil menyamakan irama. Puisi yang kadang muncul ditengah syahdunya cerita cintamu sudah saya rekam baik-baik dalam memori  jangka panjang. Para tokoh yang menyemarakkan ceritamu sudah saya pahami segala karakternya hingga seolah-olah saya mengenal mereka semua.

Kalau Tuhan itu dosen, dan kamu itu skripsi, saya yakin saya akan keluar dari ruangan ujian dengan nilai terbaik dan decak kagum dari penguji. Bagaimana tidak? Saya terlalu fasih menceritakan tentang kamu dan semua yang berada disekitarmu. Saya terlalu pandai menemukan masalah yang sedang kamu hadapi dan memberikan solusinya. Saya terlalu sabar untuk menyaksikan dan menyelami kehidupanmu selama bertahun-tahun.

Maka, kalau Tuhan itu dosen dan kamu adalah skripsi, saya tidak perlu bersedih lagi. Karena dimanapun dan dengan siapapun kamu berada, di dalam kamu tetap tertulis nama saya. Kamu milik saya.

Tapi Tuhan bukan dosen. Tuhan itu Tuhan. Tuhan tidak menguji saya atas pengetahuan saya tentang kamu. Tuhan menguji ketabahan saya melalui kehilangan kamu. Yasudah kalau begitu. Dan saya belum selesai, saya masih diuji.  

Minggu, 27 Mei 2012

Ingatan Minggu Pagi

0 komentar

Setiap minggu pagi, semesta membangunkan saya dengan suara berbeda. Matahari menampakkan diri dengan ritme yang mempesona. Tetesan embun membasahi kulit dengan manja. Aroma semesta di minggu pagi selalu membuat saya jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Membuat saya bergegas mengambil sepeda, mengayuh dengan semangat yang luar biasa, dengan hati yang penuh dengan luapan asa. 

Setiap minggu pagi, kamu merupakan orang yang pertama saya beri ucapan : selamat pagi! Bahkan sebelum saya sempat mengucapkan itu semua pada embun, hawa dingin, serta matahari. Lalu kita bersama mengayuh sepeda-sepeda kita tanpa henti. Menuju suatu tempat dimana kita bisa duduk sambil bercerita tentang : bagaimana malam minggu mu tadi?

Setiap minggu pagi, saya selalu punya cerita baru untuk saya bagi buat kamu. Dan kamu selalu datang dengan cerita yang hampir sama setiap minggu. Malam minggu saya selalu saya habiskan dengan berbagai jenis manusia yang tidak semuanya kamu tahu. Sedangkan malam minggu kamu sudah tentu kamu habiskan bersama orang itu. Jujur, saya sempat bertanya dalam hati, kapan kamu jemu?

Ingatan minggu pagi saya adalah tentang kamu. Tentang jatuh cinta dan patah hati yang berbaur menjadi satu. Tentang harapan dan kekecewaan yang datang bersama-sama, selalu seperti itu. Tentang rindu dan perpisahan yang membawa suasana haru. Tentang kenangan yang akan selamanya saya peluk hingga beku.

Kamis, 24 Mei 2012

(jangan) jatuh cinta sembarangan

0 komentar

Bagi sebagian besar orang, jatuh cinta itu menyenangkan. Bagi sebagian kecil, dari sebagian kecil orang, jatuh cinta itu sangat menakutkan. Bagi saya, jatuh cinta itu mengecewakan. Selama yang saya tahu, saat saya jatuh cinta, saat itu pula saya juga harus belajar memaafkan dan melepaskan. Lalu, bagaimana hal itu bisa disebut sebagai hal yang menyenangkan? Bagian mananya jatuh cinta yang akan saya dustakan?

Setahu saya, saya selalu jatuh cinta dengan orang yang tepat. Bagaimana saya bisa jatuh cinta kalau orang tersebut tidak tepat? Perasaan saya lah yang seringkali tidak tahu tempat.

Dan sekarang, saya melarang hati saya untuk jatuh cinta. Bukan untuk selamanya, tapi untuk saat ini saja. Saya rasa ia belum siap untuk kembali dipertaruhkan keberadaannya. Ia sudah cukup banyak menanggung derita yang semestinya tidak perlu ia rasa. Ia sudah terlalu sering berkorban untuk hal-hal yang sifatnya tidak sementara. Saya rasa, sedang waktunya ia untuk beristirahat barang sejenak untuk merasakan apa itu bahagia. Yang tidak pernah ia dapat ketika sedang jatuh cinta.

Jadi lain kali, jangan jatuh cinta sembarangan ya.
Kalau kamu terluka, saya yang tersiksa.
Sembuhkan dulu luka yang ini, baru kamu boleh jatuh lagi nantinya.

Senin, 14 Mei 2012

selamat ulang tahun

0 komentar
Tahun ini, ijinkan saya menghadiahimu sebuah cerita saja ya? Anggap saja rangkuman dua puluh satu tahun hidup saya selama kamu tidak ada. Anggap saja ini cerita yang setiap malam ingin saya sandarkan. Atau mungkin anggaplah bahwa saya sedang berada dalam proses pendewasaan. 

Saya kelelahan. Memejamkan mata dan bermimpi indah menjadi hal yang sudah sulit dilakukan. Mengumbar senyum tidak semudah yang saya bayangkan. Menahan air mata untuk tidak jatuh susah payah saya perjuangkan. Tapi nyatanya, saya tidak tahan.

Menjadi dewasa tanpa kamu itu bukan proses yang mudah. Berulang kali saya mencari sosok yang bisa menggantikan kamu dengan susah payah. Berulang kali pula saya hanya pulang dengan rasa kecewa dan pada akhirnya saya hanya bisa pasrah. Saya pasrah untuk tumbuh, menjadi apapun nantinya, entah sendiri atau berdua, yang penting luka hati saya tidak bertambah parah. Karena tidak ada lagi yang mampu mengobati, waktupun sudah menyerah.

Intinya, saya sedang berada dalam tahap membutuhkan kehadiranmu. Saya hanya ingin sesekali bertemu, dalam dimensi apapun itu. Untuk sekedar bercerita bahwa saya sedang sangat gembira atau sedang sangat sendu.

Selamat ulang tahun, ayah. 

Saya berjanji untuk menjadi perempuan yang dewasa secara bijaksana.
Saya akan menjadi hal yang paling membanggakan yang tidak pernah ayah temani perjalanannya
Saya akan menjadi seorang putri, untuk seorang pangeran sehebat ayah, suatu hari.
Dan saat saya menikah nanti, tolong kirimi saya doa yang paling indah yang pernah saya miliki

jogjakarta, 12 Mei 2012