Rabu, 12 Oktober 2011

untuk lelaki yang selalu saya sebut dalam doa

Semburat senja yang selalu kamu tunggu kadang tidak begitu ramah. Seringkali ia seolah menyindir. Menyindir kehidupan, menyindir perasaan, menyindir kenyataan. Kehidupan kita yang terlanjur berantakan, perasaan kita yang sukar didefinisikan, dan kenyataan bahwa saya dan kamu sekarang tidak saling bergandengan tangan.

Saya tidak begitu tahu pasti, apa yang kamumakan untuk sarapan, siapa teman yang kamu kirimi pesan dikala makan siang, dan dengan siapa kamu menghabiskan separuh malam dibawah temaram lampu-lampu kota.

Kamu adalah secuil semesta yang pernah menyeruak tajam di fluktuasi kehidupan saya. Kamu merupakan bagian dari deretan penyemangat dalam hidup saya. Dan kamu ialah bunga tidur yang paling sering hadir menyemarakkan malam-malam saya.

Tulisan ini saya buat, ketika saya pikir kamu sudah tidak mampu lagi dicerna oleh akal dan dirasakan oleh hati saya. Ketika yang saya rasakan hanya kaku disekujur tubuh bila mendengar namamu disegala perbincangan. Ketika yang saya tahu hanya ingin menangis bila merasakan rindu yang tak kunjung menemukan rumahnya beradu.

Dan ketika saya tidak tahu harus berbuat apa dengan semua itu, saya hanya bersujud, berbincang kepada Tuhan, dan menyebut namamu berulang kali dalam perbincangan kami.

Ya, tulisan ini saya dedikasikan untuk kamu, lelaki yang selalu saya sebut dalam doa.

0 komentar:

Posting Komentar