Selasa, 17 Juli 2012

hari ini, milik kamu.

Hari ini adalah giliranmu. Menandai hilangnya tahun-tahun terhebat yang pernah kita punya. Tahun-tahun terhebat yang bahkan dimulai sebelum aku mengucapkan selamat ulang tahun padamu tahun lalu, yang diawali dengan pertengkaran kecil terlebih dahulu. Tandailah hari ini, sebagai hari dimana kamu berjanji kepada dirimu sendiri untuk menjadi apapun yang hebat, apapun yang kuat. 

Hari ini adalah kesempatanmu. Berlutut diantara baris-baris kursi tua, memohon kesempatan hidup yang lebih lama. Supaya dunia tahu, kamu bisa menjadi apa saja. Mendoakan orang-orang yang telah membuatmu menjadi seperti sekarang. Berharap agar setelah ini, kamu diberi jalan yang tidak terlalu curam.

Hari ini adalah waktumu. Merayakan kemenanganmu melawan sandiwara semesta yang sering mengajak bercanda. Mengikhlaskan rencanamu yang bukan rencana Tuhan. Membiaskan angan-anganmu yang kamu sadari tak akan pernah terjadi. Menggantinya dengan apa yang benar-benar ada selama ini.

Hari ini adalah harimu. Dan aku tidak mau menganggu. 
Tidak dengan suara gesekan angin di pepohonan depan rumahmu. 
Tidak dengan jejak kaki yang mengendap-endap memasuki kamarmu. 
Tidak dengan derit  suara pintu ruang tamu yang membangunkan semua yang ada disitu.

Tapi kalau harimu terganggu dengan rintik suara hujan, itu adalah tetesan doa ku.
Tapi kalau harimu terganggu dengan terik matahari yang tidak kenal ampun, itu adalah teriakan kesakitanku.
Tapi kalau harimu digelayuti awan sehingga menjadi syahdu, itulah tanda kerelaanku.

PS: Kalau ada bingkisan kecil di depan pintu, sebuah kantong yang isinya penuh lagu, itu bukan dari aku. Itu mungkin datang dari masa lalumu, yang akan selalu berjalan menemani kamu, tanpa kamu harus tahu.

0 komentar:

Posting Komentar