Minggu, 03 April 2011

sandiwara jatuh cinta

Saya mendeskripsikan diri saya sebagai seseorang yang diseret ke dalam sebuah sandiwara. Menikmati peran yang dihadiahkan, apapun bentuknya. Meskipun sering memendam kecewa, tapi apa daya? Saya menjadi lemah jika berada dihadapannya. Dia si sutradara. Yang seringkali saya sebut namanya di dalam doa. Yang selalu membuat hal nyata menjadi maya. Tapi entah kenapa saya menikmatinya. Dan terus membiarkan diri saya terperosok sedalam-dalamnya.

Hening.

Tidak ada sorot lampu yang terang benderang
Tidak ada tepuk tangan penonton yang bergemuruh lantang
Tidak ada pemeran pengganti yang siap ditantang

Benar-benar hening.

Dengan mata terpejam saya menyeret kaki-kaki ini. Perlahan masuk menuju ke dalam panggung yang sangat sepi. Saya tetap terpejam sambil berdoa lirih dalam hati. Saya tidak berani membuka mata saat ini. Kenyataan ini terlalu menyurut semangat saya untuk berjalan dengan raut wajah berseri-seri. Saya memilih begini. Menunggu keajaiban seperti menunggu mati. Menunggu sesuatu yang tidak pasti. Sangat tidak pasti.

Ah! Itu dia! Sang pemilik suara sudah ada disana. Suara yang selalu saya rasakan indahnya ketika dunia saya sedang murka. Dia sudah berada di panggung sandiwara. Entah bersama siapa. Suaranya terus bergema di telinga. Suaranya mengisyaratkan dia sedang tertawa. Entah karena lelucon siapa. Saya tetap berjalan dengan hati dan asa yang tersisa. Sambil berdoa, semoga dia datang menjemput dan memapah saya ke dalam alam bawah sadarnya.

Saya beranikan diri untuk membuka mata yang terpejam. Mencoba meghadapi kenyataan yang demikian kelam. Ternyata memang benar, dia sedang duduk sembari tangannya menggenggam. Dengan latar suasana malam, tatapan matanya menyiratkan dia sedang berada di suatu alam, yang sepertinya membuat dia tenggelam. Saya pun mendekat dan menatap matanya tajam. Memberanikan diri memecah kesunyian yang kian mencekam, dengan berkata, “Bernyanyilah, hilangkan hati yang muram.”

kami bernyanyi berdua
kami berdansa
kami bersandiwara

lalu di akhir cerita,
kami jatuh cinta
:)

0 komentar:

Posting Komentar