Minggu, 28 Oktober 2012

Kamu adalah secangkir teh kesukaan


Doaku dibaca Tuhan. Tidak berselang lama setelah aku menuliskan, aku diberiNya jawaban. Ini benar-benar cobaan. Bagaimana bisa ini malah cobaan? Bagaimana tidak? Secepat itu Dia menjawab doaku, secapat itu aku diberiNya kebahagiaan. Kebahagiaan yang selama ini benar-benar aku inginkan. Tapi didalamnya tersimpan banyak persoalan. Persoalan yang harus aku pecahkan sendirian. 

Aku pernah mengeluh, aku kehausan. Lalu aku menulis surat: aku haus, Tuhan. Keesokan harinya, secangkir teh sudah muncul dihadapan. Aku kegirangan. Tuhan tahu benar aku suka minum teh. Setelah kucicipi pelan-pelan, rupanya teh itu pahit rasanya. Kalau tidak aku habiskan, namanya aku tidak menghargai pemberian Tuhan. Kalau aku paksa habiskan, kadang aku tidak tahan akan pahitnya. Persoalan bukan?

Disinilah otakku dipaksa untuk bekerja. Aku harus membiasakan diri menikmati kepahitan dalam secangkir teh ini. Bagaimanapun, Ia tetap teh. Ia tetap bisa aku jadikan teman saat sedang tidak ingin sendirian. Ia tetap mampu menghangatkan. Ia tetap bisa memberikan kenyamanan yang selama ini aku butuhkan. Sepahit apapun itu, segetir apapun itu.

Aku akan tetap berjuang menghabiskan secangkir teh ini. Sambil mendengarkan lagu ini

"Tetaplah menjadi secangkir teh kesukaanku, sayang. Dan kita akan menjadi pelengkap sore yang paling indah yang pernah Tuhan ciptakan"

0 komentar:

Posting Komentar