Diantara yang patah hati dan
jatuh cinta, ada yang bahkan lupa rasa keduanya. Dia lebih ingat bagaimana
bahagianya disuapi oleh ibunya saat kecil. Dia lebih ingat bagaimana sedihnya
saat tahu ayahnya telah pergi untuk selama-lamanya. Jadi untuk sekarang,
definisinya tentang jatuh cinta adalah ibunya, dan patah hati adalah ayahnya.
Begitu tinggi dia menata
imajinasinya tentang bagaimana hidup itu seharusnya. Sampai-sampai dia lupa,
bahwa dia hanya butuh jatuh cinta dan tidak takut patah hati. Jatuh cinta
selain dengan ibunya, patah hati selain dengan ayahnya. Jatuh cinta dengan
lapang dada, ketika yang dia jatuhi ternyata tidak siap menerima. Patah hati
dengan besar hati, ketika yang mematahkan hatinya bahkan langsung pergi berlari
tanpa menoleh ke tempatnya berdiri.
Saat malam hari, yang dia lakukan
hanya menumpahkan segala kata-kata yang bergelantungan di kepalanya selama
seharian. Saat teman-teman seusianya sudah lupa rasanya sendirian, tanpa ciuman
dan pelukan. Dia tidak bisa tidur, dan seringkali tidak ingin tidur. Karena di
mimpi tidak ada yang ingin dia temui. Kalau sudah ditempat tidur, dia tidak
ingin bangun, karena di dunia nyata tidak ada yang ingin dia ajak bercerita
sampai waktu tidur kembali lagi.
Dia adalah orang paling bodoh dan
pemalas yang pernah aku temui. Ingin rasanya kuteriaki dan kumaki, agar dia mau
berlari. Tapi dia selalu bilang bahwa dia telah lelah berlari. Dia hanya ingin
berjalan, sewajarnya, agar tidak melewatkan apa saja yang dia temui di jalan.
Yang dia butuhkan sekarang
hanyalah tidur dengan perasaan bahagia, dan bangun dengan perasaan yang lebih
bahagia. Tapi dia tidak tahu bagaimana caranya.
“aku beritahu satu hal” kataku
kepada dia yang hanya terpaku seperti seonggok mayat hidup
“yang harus kamu lakukan ketika
esok kamu bangun pagi adalah, jatuh cinta. Katakan apa yang ingin kamu katakana,
lakukan apa yang ingin kamu lakukan, dan berjalanlah lebih cepat untuk
menjemput dia yang ingin sekali kamu temui. Agar kamu tidak kalah cepat oleh
orang lain lagi. Jangan takut patah hati. Patah hati itu urusan nanti.”
Dia, yang kini berdiri
dihadapanku hanya bisa meneteskan air mata kelelahan dan minta pertolongan.
Aku sedang bercermin.
0 komentar:
Posting Komentar