Hari minggu sesederhana ini bisa
didapatkan siapa saja. Mungkin bagiku cukup dengan memutar lagu-lagu Boyz II
Men atau The Cranberries. Mungkin bagimu perlu ditambahkan sedikit The Milo atau
Sigur Ros. Secangkir teh hangat dan tidak terlalu manis boleh juga dihidangkan.
Kalau kamu, mungkin akan lebih memilih kopi hitam dengan sedikit gula. Sesekali
ke dapur untuk mengambil makanan agar perut tidak kelaparan, karena hari minggu
adalah petualangan. Petualangan pikiran.
Segala hal mulai dari yang
penting hingga konyol selama satu minggu biasanya aku simpan rapi dalam buku
catatan kecil. Agar aku tidak lupa, kemana saja otakku berlari selama seminggu
ini. Dan minggu adalah saat untuk melepaskan semua itu. Pikiran-pikiran itu
akan aku jadikan apa saja. Lebih sering berbentuk prosa, kadang-kadang sajak berima,
dan jarang sekali berwujud cerita.
Aku kurang pandai bercerita. Aku
lebih senang menyatakan perasaan dengan ungkapan kiasan. Seperti aku lebih
memilih mengatakan “makan bakso enak kali ya?” daripada “aku lapar”. Dampaknya,
hanya aka nada beberapa orang yang mengerti bahwa aku lapar dibalik pernyataan “makan
bakso enak kali ya”. Hal seperti itu selalu terjadi. Bukannya aku menikmati,
hanya saja aku tidak tahu caranya berhenti.
Dan lihat saja, betapa aku adalah
orang yang sangat tidak pandai bercerita. Sudah tiga paragraf aku tulis, tapi
belum ada yang bisa kamu terjemahkan apa maksudnya. Padahal aku hanya ingin
mengatakan, bahwa terkadang beberapa orang lebih memilih diam menjadi
satu-satunya bahasa yang mereka punya. Bukan karena tidak ada yang ingin
dikatakan, bukan karena tidak tahu apa yang ingin dibicarakan.
Jadi ketika aku berkata “aku lagi
dengerin lagu kesukaan kita lho”, sebenarnya aku ingin mengatakan “aku kangen
sama kamu”. lalu ketika aku mengirim pesan “kamu mau ketemuan sama siapa sih?”
itu artinya “aku nggak suka kamu ketemuan sama dia”. Ya seperti itulah
misalnya. Rumit ya? Memang. Maka dari itu aku tidak menuntut kamu untuk selalu
mengerti “bahasa”ku. Tapi aku harap kamu belajar. Untuk mendengar lebih dari
sekali.
Dan terakhir.
Ketika aku sekarang lebih banyak
diam, bukan berarti aku tidak peduli lagi. Percayalah, kepedulianku terhadap
kamu sekarang sedang mencapai titik tertingginya. Aku lebih memilih untuk tidak
mengutarakannya, karena aku tidak mau membebanimu dengan segala perhatianku.
Sangat klise. Sama seperti hujan
yang tiba-tiba turun dengan derasnya ketika aku menulis ini semua.
“in the name of love, some people
choose to remain silent” –Niken Prathivi, for the Jakarta Post Sunday
02/17/2013
0 komentar:
Posting Komentar