aku sedang bercinta dengan
imajinasiku sendiri. Menyetubuhi kenangan, memeluk angan-angan, menciumi hal
yang sudah sulit menjadi kenyataan. Anehnya, disanalah aku menemukan
sebenar-benarnya kebahagiaan. Tidak ada yang aku takutkan, karena semua
berjalan sesuai apa yang aku inginkan.
aku menyedihkan. Aku terlalu
jatuh cinta dengan apa yang bahkan sudah tidak ada lagi dalam genggaman tangan.
Masa lalu, masa sekarang, masa depan, sudah tercampur tidak karuan. Tidak bisa
aku bedakan. Aku hanya bisa mengeja perasaan, perasaanku dalam dunia khayalan.
Bukan dalam kenyataan.
Aku teringat perbincangan semalam
dengan seorang teman. Tentang sebuah impian pernikahan, yang dulu pernah
sama-sama kami nyanyikan di tengah-tengah masa ujian. Sebuah impian yang megah,
yang kami rakit dengan hati yang masih sehat dan belum penuh dengan goresan.
Yang dulu tidak pernah kami pertimbangkan adalah, bahwa beberapa tahun kedepan
semua impian itu hanya akan menjadi bahan tertawaan. Seperti yang semalam kami
lakukan.
Tapi aku tahu, temanku tahu, jauh
di sudut hati kami, impian itu masih tertata rapi dan sama-sama menunggu untuk
dirayakan.
“the times we had, when the wind would blow with rain and snow, were
not all bad. We put our feet just where they had, had to go….”
Tuhan, aku gagal lagi. Merakit mimpi-mimpiku
sendiri. Kali ini aku minta satu hal saja, bisa kan besok-besok aku tidak usah
merasakan patah hati lagi?
"so i love you more than pizza.." still...